Monday 16 September 2013

Pemurnian Bensin dengan Cara Destilasi



      A.    Tujuan
      untuk memurnikan bensin.
      B.     Kajian Pustaka

Destilasi merupakan suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen zat cair berdasarkan pada titik didih. Secara sederhana destilasi dilakukan dengan memanaskan/menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali agar menjadi cairan dengan bantuan kondensor. Dalam proses destilasi, suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam destilasi, campuran zat dididihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan, zat yang memiliki titik didih rendah akan menguap lebih dulu (Anwar, 1994).

Destilasi dilaksanakan dalam praktek menurut salah satu atau lebih/dua metode utama. Metode pertama didasarkan atas pembuatan uap dengan mendidihkan campuran zat cair yang akan dipisahkan dan mengembunkan (kondensasi) uap tanpa ada zat cair yang kembali kedalam bejana didih. Jadi tidak ada refluks. Metode kedua didasarkan atas pengembalian sebagian dari kondensat ke bejana didih dalam suatu kondisi tertentu, sehingga zat cair yang dikembalikan ini mengalami kontak akrab dengan uap yang mengalir keatas menuju kondensor (Harjadi, 1990).
Pengaruh zat pengotor pada titik didih sangat bergantung pada sifat zat pengotor, sehingga akan dijumpai pengaruh yang besar bila residu yang volatile masih tetap ada. Umumnya, sejumlah kecil zat pengotor akan memberikan pengaruh yang kecil pada titik didih jika dibandingkan pengaruhnya terhadap titik leleh. Dengan demikian, titik didih tidak memberikan arti yang sama seperti titik leleh untuk karakterisasi bahan-bahan dan kemurniannya (Brady, 1999)
Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi biasanya masih mengandung gas-gas antara lain CO2 (yang ditimbulkan dari pengubahan glucose menjadi ethanol/bio-ethanol) dan aldehyde yang perlu dibersihkan. Gas CO2 pada hasil fermentasi tersebut biasanya mencapai 35 persen volume, sehingga untuk memperoleh ethanol/bio-ethanol yang berkualitas baik, ethanol/bio-ethanol tersebut harus dibersihkan dari gas tersebut. Untuk memurnikan bioetanol menjadi berkadar lebih dari 95% agar dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, alcohol hasil fermentasi yang mempunyai kemurnian sekitar 40% tadi harus melewati proses destilasi untuk memisahkan alkohol dengan air dengan memperhitungkan perbedaan titik didih kedua bahan tersebut yang kemudian diembunkan kembali (Nurdyastuti, 2006).
Dalam proses secara fisika, yaitu metode redestilasi adalah menyuling ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air sekitar 1:5 dalam labu destilasi, kemudian campuran didestilasi. Minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih jernih. Hasil penyulingan ulang terhadap minyak nilam dengan metode redestilasi, ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi (kejernihan) dari 4 % menjadi 83,4 %, dan menurunkan kadar Fe dari 509,2 ppm menjadi 19,60 ppm (Hernani dan Marwati, 2006)
Daun dan ranting nilam yang telah dikeringkan, kemudian dibawa ke Laboratorium Proses Balai TeknologiLingkungan BPPT di PUSPIPTEK Serpong Tangerang. Penyulingan dilakukan dengan seperangkat alat suling skala laboratorium, kapasitas 2 kg bahan kering. Daun nilam kering dipisahkan dari ranting-ranting kering. Penyulingan dilakukan untuk daun dan ranting secara terpisah. . Cara penyulingan adalah dengan air yaitu bahan daun nilam direbus dengan air di dalam ketel penyulingan. Uap air yang terbentuk akan mengandung minyak nilam. Uap-tersebut kemudian dialirkan melalui sebuah pipa yang berhubungan dengan kondensor (pendingin), sehingga uap akan berubah menjadi air kembali. Pemisahan air dan minyak dilakukan di bak pemisah (Titin, 2006).

       B.     Alat dan Bahan
·         Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Seperangkat alat destilasi
      2.      Gelas ukur
      3.      Thermometer
      4.      Gelas kimia
·           Bahan
Adapun bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini yaitu:
      1.      Bensin
      2.      Batu didih
    C.    Prosedur kerja




·         Dimasukkan dalam labu alas bulat Ditutup dengan penyumbat yang telah dipasang termometer
·          Diatur aluran air pendingin pada kondensor hingga mengalir normal
·            Dinyalakan pemanas (elektromantel)
·         Diamati perubahan suhu hingga konstan (tidak lebih dari 70oC).
·         Dihitung volume destilat
·         Dihitung efisiensinya

         
E.     Hasil Pengamatan
Volume awal bensin    : 75 mL
Volume destilat           : 14,3 mL


Efisiensi          = 19,07 x 100%
                        = 19,07%



      D.     Pembahasan

Destilasi digunakan untuk memurnikan zat cair, yang didasarkan atas perbedaan perbedaan titik didih cairan. Pada proses ini cairan berubah menjadi uap. Uap ini adalah zat murni. Kemudian uap ini didinginkan. Pada pendinginan ini, uap mengembun menjadi cairan murni yang disebut destilat. Destilat dapat digunakan untuk memperoleh pelarut murni dari larutan yang mengandung zat terlarut
Bensin mengandung energi kimia. Energi ini diubah menjadi energi panas melalui proses pembakaran (oksidasi) dengan udara didalam mesin atau motor bakar. Energi panas ini meningkatkan temperatur dan tekanan gas pada ruang bakar. Gas bertekanan tinggi tersebut berekspansi melawan mekanisme-mekanisme mesin.
Secara sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus dengan rumus kimia CnH2n+2, mulai dari C7 (heptana) sampai dengan Cn. Dengan kata lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya terdiri dari hydrogen dan karbon saling terikat satu dengan lainya sehingga membentuk rantai.
Molekul hidrokarbon sengan panjang yang berbeda memiliki sifat dan kelakuan berbeda pula. CH4 (metana) merupakan molekul paling “ringan”, bertambahnya atom C dalam rantai tersebut membuatnya semakin “berat”. Empat molekul pertama hidrokarbon adalah metana, etana, propane dan butana. Pada temperature dan tekanan kamar, keempatnya berwujud gas dengan titik didih masing-masing -107­oC , -67oC, -43oC, dan -18oC. Berikutnya dari C5 sampai C18 berwujud cair dan mulai dari C19 keatas berwujud padat.
Tujuan pada percobaan kali ini yaitu untuk memurnikan bensin dengan menggunakan metode destilasi. Sedangkan jenis bensin yang akan didestilasi adalah Premium (RON 88) yaitu bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda motor, motor tempel dan lain-lain.
Pada proses destilasi yang dilakukan, didalam labu alas bulat yang telah diisi dengan bensin sebanyak 75 mL ditambahkan batu didih dengan tujuan agar panas yang diberikan oleh elektromantel dapat merata. Destilasi dilakukan sampai pada suhu 70o dan setelah sampai pada suhu ini, destilasi dihentikan karena telah mencapai titik didih bensin. Dengan demikian volume destilat yang diperoleh adalah sebanyak 14,3 mL sehingga efisiensi yang diperoleh adalah 19,07%. Artinya bensin yang bervolume 75 mL mengandung bensin murni sebanyak 19,07% dan sisanya adalah pengotor dan zat warna. Pengaruh zat pengotor pada titik didih sangat bergantung pada sifat zat pengotor, sehingga akan dijumpai pengaruh yang besar bila residu yang volatile masih tetap ada. Sebaiknya penambahan zat yang mempunyai titik didih sama tidak memberikan pengaruh apapun. Umumnya, sejumlah kecil zat pengotor akan memberikan pengaruh yang kecil pada titik didih jika dibandingkan pengaruhnya terhadap titik leleh. Dengan demikian, titik didih tidak memberikan arti yang sama seperti titik leleh untuk karakterisasi bahan-bahan dan kriteria kemurniannya
Titik didih biasanya merupakan kisaran suhu pendidihan yang diamati pada destilasi terhadap suatu zat. Pada proses ini, penyimpangan dari hasil yang sebenarnya dapat terjadi karena adanya pemanasan yang berlebihan (superheating) dan kesalahan dalam meletakkan alat (misalnya pada penempatan termometer yang digunakan tidak pada posisi yang benar). Sumber kesalahn yang lain adalah bila koreksi termometer tidak diperhatikan atau tekanan tidak diukur dengan teliti (misalnya pada keadaan vakum manometer memberikan indikasi yang salah), akibat hasil titik didih yang sama
Tetapi titik didih bensin yang sebenarnya adalah 30-180oC, sehingga dalam percobaan yang dilakukan bisa dikatakan masih masih jauh dari hasil yang diinginkan.
Keuntungan dari distilasi yaitu tidak memerlukan komponen tambahan untuk mempengaruhi pemisahan. Akan terlihat nanti bahwa banyak proses pemisahan komponen lainnya, yang kemudian harus dihilangkan dalam langkah pemisahan berikutnya. Suhu dan volume bahan yang dididihkan tergantung pada tekanan. Mungkin digunakan tekanan tinggi untuk memperkecil volume dan atau menaikkan suhu untuk mempermudah pengembunan, mungkin diperlukan tekanan rendah untuk menurunkan titik didih dibawah titik dekomposisi thermal.Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih yang tinggi. Produk yang dihasilkan benar-benar murni.



F   F.    Kesimpulan
   Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa teknik destilasi merupakan salah satu teknik pemurnian larutan (zat cair) yang bekerja berdasarkan perbedaan titik didih. Efisiensi yang diperoleh dari destilasi bensin adalah 19,07%.









Saturday 14 September 2013

Pembuatan Bio-etanol



CARA MEMBUAT BAHAN BAKAR BENSIN (BIOETANOL)


LATAR BELAKANG
Tingginya harga bahan bakar minyak, salah satunya adalah bensin, membuat rakyat kecil semakin berat untuk menghadapi dinamika hidup sehari-hari. Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ahli untuk menghasilkan bahan bakar dari sumber lain sebagai bahan bakar alternatif. Salah satu yang sedang mendapat perhatian serius adalah pemanfaatan sumber nabati sebagai bahan bakar. Bahan bakar nabati selain ramah lingkungan, juga merupakan sumber bahan bakar yang bisa diperbarui karena sumber bahan bakar tersebut bisa ditanam dan dikembangkan.
Salah satu pencapaian positif dari penelitian tersebut adalah pemanfaatan bioetanol sebagai sumber bahan bakar. Beberapa sumber bahan baku yang bisa digunakan untuk memproduksi bioetanol tersebut diantaranya adalah beras, ubi, jagung, dan jarak.
Besarnya penggunaan etanol menjadi bahan bakar tidak lepas dari tumbuhnya kesadaran manusia terhadap dampak lingkungan. Bayangkan saja, BBM telah distempel sebagai sumber utama polusi dunia, sementara etanol (bioetanol) terbukti merupakan bahan bakar terbarui yang ramah lingkungan. Tidak hanya itu, biaya pembuatannya pun relatif lebih sederhana dan lebih murah, serta tidak harus berburu sampai ke lepas pantai untuk mendapatkan sumber minyaknya.
Di samping itu, kehadiran etanol mampu mengurangi beban impor BBM. Khusus untuk Indonesia, selain bisa mengatasi krisis bahan bakar rumah tangga seperti minyak tanah dan gas, juga bisa mendongkrak peningkatan jumlah tenaga kerja yang sangat luar biasa, dan sangat cocok dikembangkan di kawasan perkebunan tanaman pangan.

TINJAUAN PUSTAKA

Proses Pembuatan Etanol
Sebelum kita mulai melangkah pada cara-cara pembuatan etanol, ada baiknya kita mengetahui lebih dulu beberapa proses yang harus dilalui selama pembuatan etanol berlangsung. Proses-proses tersebut adalah Gelatinasi, Fermentasi, dan Destilasi.
1.      Proses Gelatinasi
Proses gelatinasi adalah proses pengubahan bahan baku menjadi bubur, proses pemanasan dengan 100°C, kemudian dilakukan proses pendinginan. Proses Gelatinasi dibutuhkan dalam pembuatan etanol dengan tujuan untuk mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana.
2.      Proses Fermentasi
Proses fermentasi adalah proses perubahan gula yang dilakukan oleh ragi. Dalam hal ini, ragi dari jenis Sacaromyses C (jasad renik dari keluarga vegeta) ini melakukan proses pelepasan ikatan kimia rantai karbon dari glukosa dan fruktosa. Pelepasan itu dilakukan satu demi satu, kemudian kembali dirangkai secara kimiawi menjadi molekul etanol, gas karbon dioksida, serta menghasilkan panas. Saat melakukan pekerjaannya, ragi mengeluarkan enzim yang sangat kompleks, dan mampu merombak monosakarida menjadi etanol dan karbon diokasida.
Selama proses fermentasi, ragi yang jumlahnya miliaran ini bekerja siang dan malam tanpa diperintah. Dengan pekerjaan yang begitu rapi dan teratur, gugusan karbon yang berasal dari gula dilepaskan satu demi satu dari ikatan kimianya. Uniknya, Para ragi ini bertanggung jawab, karena tidak hanya melepaskannya, tapi disusul lagi dengan merakit kembali menjadi gugusan baru etanol. Pekerjaan yang dilakukan tanpa henti itu akhirnya mengeluarkan panas (kenaikan suhu), dan panas yang timbul justru bisa mematikan ragi. Tidak hanya itu, ragi juga bisa mati karena sudah cukup banyak alkohol yang dihasilkannya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi, yakni:
-          Kandungan monosakarida
-          Derajat keasaman, ideal antara 4,8 s/d 5
-          Temperatur mash tidak lebih dari 30°C (ragi menjadi tidak aktif pada temperatur di atas 30°C atau 32°C dan pada kadar alkohol 12%
-          Fermentasi berlangsung selama 1-2 hari

3.      Proses Distilasi
Proses distilasi adalah proses pemisahan antara alkohol dengan air dan bahan padat lainnya melalui penyulingan.

Yang Perlu Diperhatikan Saat Membuat Bahan Bakar Bensin Atau Bioetanol
1.      Menyiapkan Ragi
Untuk 1.000 liter mash, dibutuhkan sebanyak 0,5 kg ragi. Kandungan total gula yang ada pada mash berkisar antara 20-22%. Sebelumnya, ragi dibiakkan di dalam tangki berisi 10 liter mash selama kurang lebih 1 jam pada suhu maksimal 30°C.
2.      Kebersihan
Hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah kebersihan peralatan, karena sangat berpengaruh pada jumlah etanol yang dihasilkannya nanti. Jika peralatan yang dipakai dalam kondisi kotor, dapat dipastikan ragi dan mikro organisme liar yang berterbangan di udara bebas atau yang memang sudah lama ‘bercokol’ pada kotoran, merupakan penyebab utama terjadinya kontaminasi. Jelas ini sangat merugikan. Sebab, mikro organisme liar yang bernama Azetobacter akan menghasilkan vinegar, demikian juga dengan Lactobacillus family akan mengubah etanol menjadi asam laktat. Kalau sudah begitu jumlah etanol yang dihasilkannya akan jauh berkurang.

Proses Pembuatan Bioetanol dari Beras
Beras merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki sumber pati, yakni berupa senyawa karbohidrat yang kompleks. Karena itulah, sebelum dilakukan proses fermentasi, pati yang terkandung di dalam beras tersebut diubah terlebih dahulu menjadi glukosa, yakni karbohidrat yang lebih sederhana. Dalam proses penguraian pati tersebut diperlukan bantuan dari cendawan Aspergillus sp, yakni sejenis jamur pengurai makanan atau yang biasa disebut ragi.
Selama proses penguraian berlangsung, cendawan/ragi ini akan menghasilkan enzim yang bernama alfaamilase dan glikoamilase. Kedua enzim itu memiliki peran penting, yakni menguraikan pati menjadi glukosa atau gula sederhana. Setelah proses penguraian ini berlangsung, barulah fermentasi bisa dilakukan, sehingga menghasilkan etanol.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membuat etanol, namun pada umumnya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Beras dicuci bersih
2.      Kemudian dimasak dengan panci sampai menjadi bubur. Selanjutnya dipanaskan dengan malat. Malat adalah beras berkecambah yang mengandung enzim pengurai pati menjadi karbohidrat yang lebih sederhana, yang disebut maltosa. Maltosa memiliki rumus molekul yang sama seperti sukrosa tetapi mengandung dua unit glukosa yang saling mengikat, sedangkan sukrosa mengandung satu unit glukosa dan satu unit fruktosa
3.      Ragi kemudian dimasukkan ke dalam bubur, lalu biarkan hangat (sekitar 35°C) selama beberapa hari sampai proses fermentasi berlangsung sempurna. Tutup rapat dan jangan biarkan udara masuk ke dalam campuran, tujuannya untuk mencegah terjadinya oksidasi etanol menjadi asam ethanoat (asam cuka). Setelah kira-kira 4-5 hari, akan keluar etanol dengan kadar etanol berkisar 90%, atau disebut juga “minyak tanah BE.40″.

(Pembentukan etanol terjadi karena enzim-enzim dalam ragi mengubah karbohidrat (maltosa atau sukrosa) menjadi lebih sederhana (glukosa dan fruktosa). Kemudian mengubah karbohidrat sederhana tersebut menjadi etanol dan karbon dioksida .
4.      Karena kadar etanol 90% ini belum cukup berfungsi sebagaimana layaknya minyak tanah, maka kadar etanol perlu ditingkatkan menjadi 95%. Kadar etanol di bawah 95% mengandung (Pb).
5.      Agar etanol inl bebas dari Pb, perlu ditambahkan batu kapur (gamping).
Dengan kadar etanol 99%, bisa digunakan sebagai campuran bensin untuk kendaraan bermotor, karena sudah cukup larut dalam bensin.

Pembuatan Bioetanol dari Limbah Buah-buahan
1.      Siapkan fermentor. Bisa dibuat dari galon atau dari drum plastik ukuran 50-100L.
2.      Masukkan sisa minuman, sisa buah-buahan, gula pasir, tetes, atau bahan manis lainnya ke dalam fermentor.
3.      Tambahkan Urea dan NPK secukupnya.
4.      Tambahkan ragi roti ke dalam fermentor secukupnya.
5.      Aduk hingga tercampur merata, dan biarkan sampai fermentasi berjalan sempurna.



Setelah fermentasi berjalan sempurna yang ditandai dengan bau etanol yang menyengat. Cairan fermentasi ini bisa didistilasi dengan menggunakan distilator



Bioetanol dengan kadar kurang dari 99% belum bisa dicampur dengan bensin. Karena kandungan airnya bisa merusak mesin. Untuk menghilangkan sisa air dilakukan dehidrasi. Caranya bisa menggunakan kapur tohor atau kapur bangunan yang banyak dijual di toko-toko material/bahan bangunan. Caranya, tambahkan kapur tohor ke dalam bioetanol 95%. Biarkan kapurnya bereaksi dan didiamkan sampai mengendap. Bioetanol distilasi sekali lagi dengan menggunakan mini distilator. Cek atau ukur kadar bioetanolnya lagi dengan menggunakan etanol meter. Jika sudah mendekati 100% sudah bisa digunakan untuk bahan bakar.