Sunday, 8 September 2013

Bahan - Bahan Kimia


Laboratorium sebagai sarana penelitian, eksperimen, pengukuran atau pelatihan ilmiah dilakukan secara terkendali, memuat berbagai jenis bahan kimia yang relative bersifat bahaya. Terlebih jika praktikan yang berada didalam Laboratorium, merupakan Mahasiswa yang belum terlatih, sehingga meningkatkan kecendrungan bahaya dari Bahan kimia tersebut. Kecendrungan atas bahaya dari bahan kimia yang terdapat didalam Laboratorium dapat dikurangi jika Praktikan memahami tentang resiko dan keselamatan (risk and safety) dari bahan tersebut atau biasa disebut dengan MSDS (Material Safety Data Sheet atau Lembaran Data Keselamatan Bahan). Berikut penulis akan memaparkan beberapa bahan Kimia yang ada didalam Laboratorium Organik Pusat Penelitian Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

1.   Amonium oksalat monohidrat. 
senyawa kimia ini berbentuk serbuk kristal tidak berwarna dengan Rumus molekul C2H7NO5 memiliki berat molekul 125,08 dan Berat jenis (air=1) 1,556 dengan Kelarutan dalam air 4%. Amoniun oksalat monohidrat Sedikit larut dalam alkohol tetapi Tidak larut dalam eter, benzen. 
 Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya 
Peringkat NFPA (Skala 0-4) : Kesehatan 2  Tingkat keparahan tinggi 
Kebakaran 1  Dapat terbakar 
Reaktivitas 0  Tidak reaktif 

Amonium oksalat monohidrat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan peledak, pemoles logam, detinning besi dan untuk pencelupan tekstil. Untuk mendeteksi dan determinasi kalsium, timbal, dan logam bumi yang jarang . 
Bahaya dalam tubuh atau Bahaya utama terhadap kesehatan: Dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, dan iritasi mata . Organ sasaran jika terdapat dalam tubuh adalah Ginjal, hati, mata, kulit, otak, saraf, membran mukosa .
jika kalian menyentuh atau menghirup bahan ini ada cara untuk mencegah kerusakan fatal dalam tubuh yaitu :

Terhirup  

Bila aman memasuki area, segera pindahkan dari area pemaparan. Bila perlu gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. 

Kontak dengan kulit 

Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau deterjen ringan serta air yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama kurang lebih 15-20 menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. 

Kontak dengan mata


Segera lepaskan lensa kontak (jika menggunakannya) dan cuci mata dengan air yang banyak atau garam normal sekurang-kurangnya selama 15 menit, dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. 

Tertelan 

Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Jika korban tidak sadarkan diri, miringkan kepala ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. 

2.  Diklorometana

Diklorometana (DCM) bisa disebut juga metilena klorida adalah senyawa organik dengan rumus kimia CH2Cl2. Senyawa ini merupakan senyawa tak berwarna beraroma manis yang banyak digunakan sebagai pelarut. Diklorometana tidak larut sempurna dengan air, tapi dapat larut dengan pelarut organik lainnya. bahan ini digunakan sebagai reagen sebagai analisis, pengetesan makanan, pelarut, dan kromatografi analitik.

     iklorometana adalah yang paling berbahaya pada chlorohydrocarbons yang sederhana, tetapi tidak tanpa risiko kesehatan sebagai volatilitas tinggi membuat inhalasi akut bahaya.  diklorometana juga metabolised oleh tubuh untuk karbon monoksida berpotensi menimbulkan keracunan karbon monoksida. akut pemaparan oleh terhirup telah mengakibatkan optik neuropati dan hepatitis. kontak kulit yang lama dapat mengakibatkan pelarutan diklorometana beberapa jaringan lemak di kulit, menyebabkan iritasi kulit atau luka bakar kimia.


3. di-Kalsiumoksalat-monohidrat
    kalsium oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan. kalsium oksalat adalah ion logam yang membentuk endapan tak larut Kalsium oksalat monohidrat mempunyai rumus moleku CaC2O4×H2O2 dengan ksp sebesar 32×10-9.

video ini memberi tahu bagaimana cara mencegah bahaya kalsium oksalat dalam tubuh yaitu pada penyakit batu ginjal.




5.     Disodium Hydrogen Phospate
 Disodium Hydrogen Phospate atau di-Natrium Hidrogen Fosfat memiliki rumus Molekul Na2HPO4 serta memiliki Massa molekul relative sebesar 141,96 g/mol. Kelarutan dalam air terhadap bahan ini adalah 77 g/l (20 °C) dan memiliki titik Leleh 250 °C dengan kerapatan sebesar 880 kg/m3, serta ber-pH 8.7-9.3  (10 g/l, H2O,  20 °C). secara penampakan, bahan ini bersifat padat dengan warna putih. Jika dibaui, tidak bau. Dan tidak menyala (tidak memiliki titik nyala), sehingga tidak mudah terbakar serta tidak berlaku batas ledakan bawah maupun atas.
 Menurut Peraturan (UE) 1907/2006 terhadap MSDS di-Natrium Hidrogen Fosfat, bahan ini tidak berbahaya berdasarkan Undang-Undang Uni Eropa (dalam klasifikasi bahan atau campuran). Sehingga memungkinkan Bahan ini dapat digunakan sebagai Produk Farmasi, Bahan baku Kosmetik, dan lainnya, dengan penggunaan yang relevan dari Bahan atau Campuran yang teridentifikasi. Pelabelan pada bahan ini menunjukkan tidak berbahaya berdasarkan peraturan (EC) No 1272/2008.
Meski, disebut tidak berbahaya, tapi dalam penggunaannya, diperlukan perangkat pelindung yang biasa digunakan didalam Laboratorium dan kehati-hatian demi keselamatan diri. Di-Natrium Hidrogen Fosfat memiliki Efek Iritan (mengiritasi) sebagai gejala atau efek yang terjadi jika tubuh terkontaminasi bahan ini secara akut maupun tertunda. Jika bahan tersebut terhirup, maka segera keluar dan mencari tempat atau udara segar serta hirup. Jika terkena Kulit, maka bagian tubuh yang terkena dengan bahan tersebut, segera dibilas dengan air yang banyak serta melepas pakaian (jika ikut terkontaminasi). Pembilasan dengan air yang banyak juga berlaku jika bahan ini mengenai mata, serta membuka lebar kelopak mata pada saat pembilasan dan segera hubungi Dokter Mata (jika diperlukan atau kontaminasi bahan menjadi lebih berbahaya). Jika bahan ini tertelan, segera beri Minum (paling banyak 2 gelas), lalu Konsultasi pada Dokter jika menjadi tidak sehat.   
Meskipun bukan merupakan bahan yang mudah terbakar, tapi tidak menutup kemungkinan jika terjadi kebakaran disekitar bahan dan membakarnya. Untuk memadamkannya, diberikan tindakan pemadaman kebakaran yang sesuai dengan situasi lokal dan lingkungan sekeliling. Api ambient yang membakar bahan ini, akan melepaskan uap yang berbahaya dan menimbulkan oksida fosfor sebagai hasil pembakaran bahan tersebut. Pada saat memadamkannya, dianjurkan memukul atau menekan kebawah gas/uap/kabut dengan semprotan air jet. Serta, air tersebut dijaga agar tidak mengkontaminasi air permukaan atau system air tanah. Petugas atau orang yang memadamkan dianjurkan menggunakan alat bantu pernapasan SCBA.
Selain kebakaran dan peng-kontaminasi-an terhadapa praktikan, kecelakaan juga terjadi jika bahan tersebut tumpah atau bocor. Untuk penyelamatan diri praktikan, segera dievakuasi atau keluar dari daerah bahaya dengan tidak sedang menghirup debu dari bahan tersebut. Bahan yang tumpah sebaiknya tidak dibuang kesaluran pembuangan. Setelah penyelamatan terhadap diri dan lingkungan, penanganan selanjutnya ialah menutup saluran pembuangan. Kemudian, bahan yang tumpah tersebut dikumpulkan, ikat dan pompa keluar tumpahan. Lalu, tumpahan tersebut dibuang dalam keadaan kering. Kemudian, area bekas tumpahan tersebut dibersihkan dan diusahakan agar tidak meninggalkan sisa meskipun debu.
Agar tidak menimbulkan kecelakaan, sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan seperti mentaati label tindakan pencegahan. Selain itu dalam hal penyimpanan, bahan ini harus disimpan dalam tempat yang tertutup sangat rapat, aman, kering, serta tidak ada pembatasan suhu penyimpanan.
Agar lebih safety, maka perlu dilakukan pengendalian pemajanan dan perlindungan diri. Parameter dalam pengendaliannya, yaitu tidak mengandung bahan-bahan yang mempunyai nilai batas eksposur pekerjaan. Dalam pengendalian pemajanan (paparan), maka dilakukan tindakan rekayasa untuk menguranginya, dengan cara mentaati label tindakan pencegahan serta langkah-langkah teknis dan operasi kerja yang sesuai harus diberikan prioritas dalam penggunaan alata pelindung diri. Dalam tindakan perlindungan individual, praktikan harus menggunakan pakaian pelindung yang dipilih secara spesifik untuk tempat bekerja, tergantung jumlah dan konsentrasi bahan berbahaya yang ditangani. Agar lebih higienis, pakaian yang sudah terkontaminasi, segera diganti, kemudian mencuci tangan setelah bekerja dengan bahan ini. Untuk perlindungan pada mata dan wajah, praktikan dianjurkan menggunakan kacamata-pengaman (goggles). Tangan praktikan juga harus dilindungi dengan sarung tangan yang berbahan Karet Nitril, tebalnya 0,11 mm, dan lamanya waktu penggunaan, yaitu lebih dari 480 menit ( spesifikasi tersebut digunakan pada sarung tangan yang digunakan melindungi tangan dari terkena  atau terpercik bahan ini). Sarung tanagan tersebut harus mengikuti spesifikasi pada EC Directive 89/686/EEC dan standar gabungan d EN374. Selain tangan, pernapasan praktikan harus dilindungi dengan alat perlindungan pernapasan (jika menghasilkan debu) yang berupa filter (filter yang dianjurkan ialah Filter P 1 (menurut DIN 3181) untuk partikel padat bahan inert). Serta pengendalian eksposur lingkungan dengan cara tidak membuang ke saluran pembuangan.
di-Natrium Hidrogen Fosfat merupakan produk yang stabil secara kimiawi dibawah kondisiruangan standar (suhu kamar). Meskipun bersifat stabil, bahan ini juga memiliki kecendrungan reaksi berbahaya. Menghasilkan reaksi eksotermis jika bahan ini dicampur dengan Asam Kuat, Antipyrine, dan Acetate. Bahan juga bersifat bahaya pada saat kebakaran menghasilkan produk hasil peruraian tersebut.
Bahan ini dapat mengiritasi (ringan) kulit, jika bagaian tubuh tersebut terpapar dalam waktu yang lama. Iritasi ringan juga terjadi pada mata setelah terpapar denga bahan ini.
Di-Natrium Hidrogen Fosfat, menimbulkan keracuanan pada ikan, daphnia, hewan tidak bertulang belakang lainnya yang hidup di dalam air serta mahluk hidup lainnya. Sehingga sangat tidak dianjurkan jika membuang bahan ini ke lingkungan.
Untuk membuang limbah bahan ini, harus sesuai dengan petunjuk mengenai limbah 2008/98/EC serta peraturan local dan international. Langkah-langkah pembuangannya, yaitu menempatkan kembali bahan ini pada tempat aslinya (janagn dicampur dengan limbah lainnya), kemudian tangani wadah kotorseperti produknya sendiri.
Bahan ini tidak hanya ada didalam Laboratorium, tapi juga ada dalam alat transportasi dalam kegiatan pengangkutan. Pada pengangkutan bahan ini, tidak diklasifikasi sebagai berbahaya menrutu peraturan pengangkutan (transportasi jalan, air sungai , udara, dan Laut.

6.     Disodium Hydrogen Phosphate Dihydrat
Disodium Hydrogen Phosphate Dihydrat atau memiliki nama kimia berupa asam Fosfor Garam dinatrium dihidrat dengan rumus kimianya yaitu Na2HPO4.2H2O. Pada salah satu MSDS, tidak terdapat data tentang beracunnya bahan ini. Meskipun demikian, pada pengidentifikasian bahaya, bahan ini memiliki sifat iritan. Bahan ini dapat mengiritasi kulit, mata, dan pernapasan, jika praktikan lalai dalam menggunakannya.
Penyelamatan pertama jika tubuh praktikan terkontaminasi bahan ini, yaitu jika terkena pada mata, segera melepaskan alat lensa mata (bila menggunakan). Kemudian segera bilas mata dengan air yang banyak selama 15 menit, pada pembilasan boleh menggunakan air dingin. Lalu, segera hubungi Dokter mata, jika terjadi peng-iritasi-an semakin parah. Kulit Praktikan juga memiliki kecendrungan terpercik atau terkena bahan ini. Jika terkena atau terpercik, segera bilas bagian tubuh yang terkena dengan air dan sabun, pada saat pembilasan diperbolehkan menggunakan air dingin. Lalu, segera menghuungi dokter, jika terjadi iritasi terhadap kulit praktikan semakin parah. Praktikan yang tidak sengaja menghirup bahan ini, disarankan untuk segera keluar dan menghirup udara segar. Tapi, bila tidak bisa bernapas, segera diberi napas buatan dan jika sulit bernapas, beri oksigen. Kemudian hubungi dokter untuk mendapatkan tindakan penyelamatan lebih lanjut. Jika bahan ini tertelan, maka praktikan yang menelan, jangan dipaksa memuntahkannya tanpa arahan dari petugas medis. Kemudian, jangan memasukkan atau memberikan apapun kedalam mulut korban yang sedang tidak sadarkan diri. Jika praktikan atau korban menelan terlalu banyak bahan ini, segera hubungi dokter. Kemudian melonggarkan pakaian, kerah, dasi, dan gesper ‘si korban’.
Dinatrium Hidrogen Pospat merupakan bahan yang tidak mudah terbakar. Keterangan berupa Titik nyala, produk hasil pembakaran bahaya ledakan serta pemberitahuan khusus tentang bahaya ledakan dan kebaaran tidak tersedia pada MSDS bahan ini (sciencelab.com)
Tindakan terhadap terjainya tumpahan atau bocornya bahan ini di bagi 2, yaitu penganan pada tumpahan sedikit dan banyaknya bahan tersebut. Pada tumpahan bahan dalam jumlah sedikit, disarankan untuk memasukkan atau membuang tumpahan yang bersifat padat kedalam tempat pembuangan yang sesuai. Kemudian membersihkan permukaan yang terkena tumpahan tadi dengan cara menyemprotkan air, lalu membuangnya sesuai dengan aturan local dan regionalitas. Pada tumpahan dalam skala besar,  bahan tersebut dibuang menggunakan sekop kedalam tempat pembuangan yang sesuai. Kemudian membersihkan permukaan yang terkena tumpahan tadi dengan cara menyemprotkan air. Lalu membuang bekas air pembersihan melalui system sanitasi.
Pada tahap penyimpanan dan penanganan terhadap bahan ini, praktikan dilarang menghirup debu dari bahan ini serta bahan ini ditempatkan atau dihindarkan dari agen pengoksidasi, asam, dan alkali sebagai tindakan pencegahan. Untuk penyimpanan, bahan ini disimpan didalam wadah yang rapat, dalam keadaan dingin dengan sirkulasi udara dijaga dengan baik, higroskopis.
Pada tahap Penaganan terhadap pemajanan dan perlindungan diri didalam MSDS bahan ini, diterangkan bahwa pengendalian kelistrikan dilakukan dengan cara menggunakan proses pendekatan. (maksudnya) Dengan cara menghisap udara dari dalam ruangan melalui ventilasi atau dengan pengendalian listrik lainnya untuk menjaga udara yang ada dibawah nilai ambang batas yang disarankan. Jika pada saat pengoperasian menghasilakan debu, gas, atau kabut, gunakan ventilasi untuk menjaga pemajanan untuk mengkontaminasi udara yang berada di bawah nilai ambang batas. Untuk perlindungan diri, praktikan dianjurkan menggunakan googles, jas laboratorium, dan alat pernapasan. Pastikan alat pernapasan dan sarung tangan yang digunakan telah disetujui atau ber-sertifikat. Tindakan perlindungan diri pada saat terjadi tumpahan besar, yaitu menggunakan googles, pakaian panjang, alat pernapasan, sepatu boots, dan sarung tangan. Alat pernapasan digunaka untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap diri sendiri dari bahan tersebut. Disarankan, pakaian praktikan tidak cukup kuat, sehingga disarankan untuk meminta saran dari ahlinya sebelum menangani bahan ini.
Dinatrium Hidrogen Fosfat memiliki wujud serbuk putih padat, tanpa ada bau. Massa molekul bahan ini ialah 177.99 g/mol. Memiliki titik leleh sebesar 243°C – 245°C. Selain itu, bahan ini mudah larut dalam air dingin dan panas.
Produk atau bahan ini bersifat stabil. Meskipun demikian, bahan ini reaktif teerhadap agen oksidasi, asam dan alkali. Bahan ini tidak bersifat korosif terhadap kaca. Perhatian khusus terhadap kereaktifan ialah menjaga agar wadah penyimpanan bahan ini teetutup rapat karena tidak akur dengan Magnesium, Alkaloid, Antipyrine, Chloral Hydrat, Logam Asetat, Pyrogallol, Resorcinol, Asam Mineral kuat, dan asam Organik kuat. Serta bahan ini tidak bisa ber-polimerisasi.
Informasi Toksikologi bahan ini menerangkan bahwa, rute masuknya zat, yaitu melalui saluran pernapasan dan pencernaan. Efek kronis pada manusia, keterangan khusus toksisitas terhadap hewan dan juga manusia, tidak diterangkan disini (sciencelab.com). Tapi terdapat efek toksik lainnya pada manusia, yaitu jika praktikan (bahaya) lalai dalam pekerjaannya, maka dapat mengiritasi kulit, proses penelanan, dan pernapasan. Serta keterangan khusus efek toksik lainnya pada manusia, yaitu (efek potensial kesehatan akut) menyebabkan iritasi kulit ringan sehingga menimbulkan dermatitis (bila terkena terus menerus dan berulang-ulang).  (pada mata) Menyebabkan Iritasi ringan. (alat pernapasan) Menyebabkan system pernapasan iritasi, tapi tidak sampai meninmbulkan bahaya yang signifikan jika ketika terjadi pemajanan terkontrol.  (alat pencernaan) Menimbulkan iritasi pada system pencernaan dengan gejala mual, muntah-muntah, dan diare.  Iritasi tersebut memiliki efek seperti obat pencahar, sehingga lambat diserap. Diharapkan untuk menurunkan potensi bahaya penelanan bahan ini pada kegiatan Industri. Bagaimanapun juga, jika jumlah Fosfat yang signifikan akan diserap, sehingga menimbulkan Hypocalcemia, Hypernatremia, Hyperphosphatemia, dan kemungkinan mempengaruhi kebiasaan (Hypocalcemi tetany), system Kardiovaskular, Metabolisme (cairan dan elektrolit abnormal). Muscoskeletal juga dapat terjadi.
Informasi Ekologi pada bahan ini, tidak menerangkan efek toksistas lingkungan serta nilai BOD dan COD. Produk dari Biodegradasinya, yaitu kemungkinan tidak berbahaya dalam jangaka waktu sebentar, tapi pada jangka waktu yang lama produk degradasi akan muncul. Jika dilihat dari segi ke-Toksistas-annya, produk maupun hasil degradasi tidak beracun. Maka, limbah bahan ini harus dibuang sesuai dengan peraturan  Federasi, Negara, dan wilayah lingkungan.

7.     Disodium Oxalate
Di-sodium oxalate memiliki rumus kimia, C2Na2O4, dan memiliki massa molar sebesar 134 g/mol ini biasa digunakan sebagai reagen untuk menganalisis. Bahan ini memiliki pictogram dengan lambang bahaya dengan sinyal peringatan.
Pernyataan berbahayanya, yaitu bahaya jika ditelan atau mengenai kulit (H302+H312). Pernyataan hati-hati-nya, yaitu P262 yang artinya jangan sampai terkena mata, kulit, atau pakaian. Pada system pelabelan (67548/EEC atau 1999/45/EC), bahan ini memiliki symbol R-Frasa 21/22 yang artinya berbahaya jika terken kulit dan jika tertelan. Serta, S-Frasa 24/25 yang artinya jangan sampai terkea kulit dan mata.
Akibat berbahayanya bahan ini, maka diperlukan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan. Setelah menghirup, korban segera keluar dan menghirup udara segar. Jika bahan tersebut mengenai kulit, cuci bagian kulit yang terkena tadi dengan air yang banyak, serta melepas pakaian yang kemungkinan terkontaminasi juga. Lau segera mendapatkan bantuan medis. Bila bahan ini terkena mata, maka segera bilas dengan air yang banyak. Jika tertelan, maka korban segera diberi minum air putih  (paling banyak 2 gelas) dan segera periksa ke dokter. Bahan ini memiliki efek iritan dengan gejala  (hal ini berlaku untuk semua senyawa Oxalate), yaitu mual dan muntah-muntah setelah menelan. Terjadi iritasi pada mukosa, batuk, Dyspnoea setelah menghirup. Selain iritan, bahan ini juga memiliki efek sistemik, dengan gejala penurunan level Kalsium darah, efek toksik pada ginjal, dan gangguan Kardiovaskular.
Meskipun bahaya bagi tubuh, bahan ini tidak mudah terbakar. Jika terjadi kebakaran, maka untuk memadamkannya dengan menggunakan tindakan pemadaman kebakaran yang sesuai untuk situasi local dan lingkungan sekeliling. Serta bahan atau campuran ini tidak ada batasan agen pemadaman yang diberikan. Informasi lebih lanjut tentang pemadaman kebakaran bahan ini, yaitu jangan membuang air bekas memadamkan kebakaran mengkontaminasi air permukaan atau sistim air tanah.
Dalam mengani kebocoran atau tumpahnya bahan ini, petugas (non darurat) yang menangani haruslah mengetahui tindakan pencegahan pribadi, peralatan pelindung, dan prosedur darurat, yaitu menghindari kontak langsung dengan bahan, penghisapan debu, serta memastikan ventilasi memadai. Kemudian mengevakuasi dari daerah bahaya, lalu amati prosedur darurat, dan segera hubungi ahlinya. Selain tindakan pencegahan pribadi, terhadap lingkungan juga harus diperhatikan, dengan cara tidak membuang tumpahan kesaluran pembuangan. Setelah melakukan tindakan pencegahan terhadap diri dan lingkungan, maka saatnya untuk membersihkan. Caranya dengan menutup saluran, kemudian bahan yang tumpah atau bocor tersebut dikumpulkan, diikat, dan dipompa keluar tumpahannya. Kemudian mengamati kemungkinan pembatasan bahan. Lalu, ambil bahan tersebut dalam keadaan kering, selanjtunya dibuang ke pembuangan, terakhir membersihkan area yang terkena tadi, tanpa menimbulkan debu.
Demi menghindari terjadinya tumpah atau bocor kembali bahan, maka Dinatrium Oksalat harus ditempatkan dalam wadah tertutup sangat rapat dan kering tanpa ada pembatasan suhu. Tapi, praktikan atau petugas yang menangani haruslah mentaati label tindakan pencegahan bahan ini.
Dalam pengendalian pemajanan dan perlindungan diri, Dinatrium Oksalat tidak mengandung bahan-bahan yang mempunyai nilai batas eksposur pemajanan. Meskipuntidak memiliki nilai batasa eksposur pemajanan, diperlukan langkah-langkah teknis dan operasi kerja yang sesuai serta harus diprioritaskan dalam penggunaan alat perlindungan diri. Tindakan dalam perlindungan diri, yaitu pakaian pelindung harus harus dipilih secara spesifik( daya tahannya harus dipastikan dari masing-masing supplier) untuk tempat bekerja (tergantung konsentrasi dan jumlah bahan berbahaya yang ditangani).  Selain perlindungan diri, praktikan juga harus mengetahui tindakan higienis, yaitu dengan mengganti pakaian yang terkontaminasi, menggunakan krim pelindung, serta mencucui kaki dan tangan setelah bekerja dengan bahan ini. Setelah tindakan, praktikan harus mengetahui alat perlindungan diri, yaitu menggunakan kacamata pengaman ( untuk perlindungan mata atau wajah) dan sarung tangan yang berbahan Karet Nitril dengan tebal 0,11 mm( sebagai pelindung tangan yang kontak langsung atau hanya terpercik bahan). Sebagai perlindungan pernapasan, digunakan jenis filter yang direkomendasikan, yaitu Filter P 1 (menurut DIN 3181) untuk partikel padat bahan inert (diperlukan jika bahan ini menghasilkan debu). Pengusaha harus memastikan bahwa perawatan, pembersihan, dan pengujian perangkat perlindungan pernapasan telah dilakukan sesuai dengan petunjuk dari pabriknya serta diperlukan pen-dokumentasi-an dalam tindakan tersebut.
Dinatrium Oksalat memiliki wujud padat dengan warna putih dan tidak berbau. Bahan ini memiliki titik lebur sebesar 250-270 °C (penguraian); berat jenis relatifnya 2,27 g/cm3; dan kelaruta dalam air 37 g/l dengan suhu 20°C. sehingga bahan ini bersifat stabil dalam suhu ruangan (20°C).
Walaupun bersifat stabil dalam suhu ruang, bahan ini dapat mengiritasi mukosa(toksisitas inhalasi akut). Pada mata, si korban dapat mengalami iritasi dimatanya dan bersifat menyerap (pada toksisitas kulit akut). Bahan atau campuran ini tidak diklasifikasi-kan sebagai toksikan dengan target organ khusus serta paparan berulang.
Bahan ini memiliki sifat toksisitas (derajat racun) terhadap Daphnia dan binatang tak bertulang belakang yang hidup didalam air (EC50 Daphnia magna : 137 mg/l, yang dihitung berdasarkan asam bebas). Bahan ini juga memliki BOD 5 sebesar 11%. Sehingga pelepasan kelingkungan harus dihindarkan. Penilaian PBT/vPvB tidak dilakukan karena penilaian kemanan bahan kimia tidak diperlukan atau tidak dilakukan.
Karena tidak boleh ‘dibuang’ ke lingkungan, maka limbah dari bahan ini harus ‘dibuang’ sesuai dengan petunjuk mengenai limbah 2008/98/EC serta peraturan Nasional dan local lainnya. Serta menempatkan limbah tersebut pada wadah aslinya, jangan dicampur dengan limbah lainnya. Kemudian menangani wadah kotor seperti produknya sendiri.

8.     Disodium tetraborat decahydrat
Produk ini bernama Dinatrium tetraborat dekahidrat, biasa digunakan dalam produk Farmasi dan bahan baku pembuatan Kosmetik. Tapi, berdasarkan Peraturan (EC) No.1272/2008 (dalam klasifikasi bahan atau campuran produk ini) menunjukkan bahwa produk ini memiliki Toksisitas yang menurun dengan kategori 1B, H360FD(artinya yaitu dapat merusak kesuburan dan membahayakan janin), dengan gambar pelabelan:
Serta, pada peraturan 67/548/EEC atau 1999/45/EC, terdapat pemebritahuan Repr.cat.2 dengan artinya, yaitu bersifat beracun untuk system reproduksi kategori 2, R60-61 (dengan arti bahwa dapat merusak kesuburan-membahayakan bayi yang belum lahir). Selain pernyataan bahaya, bahan ini juga dilengkapi dengan pernyataan pencegahan, yaitu P201 yang artinya bahwa praktikan haruslah memperoleh instruksi atau petunjuk terlebih dahulu sebelum menggunakannya. Serta pernyataan respon, P308+P313 yang artinya bahwa jika terpapar oleh bahan ini segera hubungi dokter. Sehingga, bahan ini hanya terbatas untuk pengguna atau praktikan yang professional.
            Dinatrium tetraborat dekahidrat merupakan larutan berair dengan rumus molekul Na2B4O7.10H2O dan memiliki massa molar sebesar 381,32 g/mol. Praktikan yang sedang bekerja menggunakan bahan ini haruslah mengetahui tindakan pertama pada kecelakaan dengan produk ini. Jika terhirup, korban atau praktikan segera keluar dan menghirup udara segar serta segera hubungi dokter. Namun jika terkena kulit, cuci bagian kulit yang terkena dengan air yang banyak, kemudian melepaskan pakaian yang terkontaminasi dan segera hubungi Dokter. Bila terkena mata, maka bilas dengan air yang banyak dengan membuka kelopak mata lebar-lebar, dan segera hubungi Dokter. Setelah tertelan, korban segera diberi minum air putih (paling banyak 2 gelas), lalu segera periksa ke Dokter. Jika (tubuh) sudah terkontaminasi dengan bahan ini, maka akan muncul beberapa gejala atau efek terpenting yang berupa akut maupun tertunda. Gejala – gejala berikut ini muncul untuk senyawa Boron secara umum, yaitu Penyerapan (bahan) dalam tubuh disertai dengan mual dan muntah, agitasi, sesak napas, gangguan CNS serta Kardiovaskuler.
            Kemungkinan terjadinya kebakaran terhadap bahan ini tidak signifikan, karena sifat dari bahan atau campurannya yang tidak mudah terbakar, tapi api ambient dapat melepaskan gas yang berbahaya. Tapi jika mungkin terjadi, maka cara pemadamannya disesuaikan dengan situasi dan lingkungan sekeliling, dengan tidak ada batasan agen pemadaman yang diberikan. Bagi petugas pemadam kebakaran, haruslah mempersiapkan diri dengan alat perlindungan dan tindakan seperti, tidak berada di zona berbahaya tanpa peralatan pelindung pernapasan serta menggunakan pakaian pelindung yang sesuai. Air ‘bekas’ memadamkan api jangan ‘dijaga atau diatur’ agar tidak mencemari air permukaan tanah atau sistim air tanah.
            Selain kebakaran, kemungkinan yang terjadi ialah terjadinya tumpahan atau kebocoran pada bahan. Cara menanganinya,yaitu pertama petugas (non darurat) yang menangani haruslah mengetahui tindakan pencegahan pribadi, peralatan pelindung, dan prosedur darurat, yaitu menghindari kontak langsung dengan bahan, penghisapan debu, serta memastikan ventilasi memadai. Kemudian mengevakuasi dari daerah bahaya, lalu amati prosedur darurat, dan segera hubungi ahlinya. Kedua, selain tindakan pencegahan pribadi, terhadap lingkungan juga harus diperhatikan, dengan cara tidak membuang tumpahan kesaluran pembuangan. Ketiga, setelah melakukan tindakan pencegahan terhadap diri dan lingkungan, maka saatnya untuk membersihkan. Caranya dengan menutup saluran, kemudian bahan yang tumpah atau bocor tersebut dikumpulkan, diikat, dan dipompa keluar tumpahannya. Kemudian mengamati kemungkinan pembatasan bahan. Lalu, ambil bahan tersebut dalam keadaan kering, selanjtunya dibuang ke pembuangan, terakhir membersihkan area yang terkena tadi, tanpa menimbulkan debu.
Demi tidak terulanginya kebocoran maupun tumpahan, maka Dinatrium tetraborat dekahidrat harus ditempatkan pada wadah yang rapat, kering, dengan keadaan ventilasi yang baik, tanpa adanya batasan suhu penyimpanan. Kemudian ditempatkan ditempat yang terkunci atau hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang mempunyai kualifikasi atau kewenangan. Dalam penanganannya, petugas harus menggunakan pakaian pelindung, jangan menghirup zat atau campuran, serta menaati label tindakan pencegahan. Sebagai tindakan higienis terhadap bahan ini, maka petugas segera mengganti pakaian yang telah terkontaminasi tadi, kemudian gunakan krim pelindung, lalu mencucui tangan dan muka setelah bekerja dengan bahan ini.
Dinatrium Tetraborat dekahidrat (1303-96-4) memiliki Nilai Ambang Batas (NIB) sebesar 5 mg/m3. Pengendalian teknik terhadap bahan ini, yaitu langkah-langkah teknis dan operasi kerja yang sesuai harus diberikan prioritas dalam penggunaan alat pelindung diri. Alat pelindung diri bagi praktikan, yaitu (pelindung tubuh) pakaian pelindung yang dipilih secara spesifik untuk tempat bekerja (tergantung konsentari dan jumlah bahan yang ditangani); (pelindung mata) kacamata pelindung; (pelindung tangan) sarung tangan yang berbahan Karet Nitril dengan tebal 0,11 mm (sarung tangan yang digunakan harus mengikuti spesifikasi dari EC directive 89/686/EEC dan standar gabungan d EN374); serta  (pelindung pernapasan) diperlukan jika menghasilkan debu, Filter P2 (menurut DIN 3181) untuk partikel cair dan padat bahan berbahaya. Pengusaha harus memastikan bahwa perawatan, pembersihan, dan pengujian perangkat perlindungan pernapasan telah dilakukan sesuai dengan petunjuk dari pabriknya serta diperlukan pen-dokumentasi-an dalam tindakan tersebut. Serta tidak membuang zat atau campuran atau limbah bahan ini ke saluran pembuangan.
Dinatrium Tetraborat Dekahidrat memiliki bentuk Kristal berwarna putih tidak berbau, dengan nilai pH 9,2 pada pada 47 g/l 20 °C. Bahan ini memiliki titik lebur 75 °C tanpa terjadinya peng-kristal-an, serta tidak berlaku pada nilai titik nyala, koefisien partisi (n-oktanol/air) batas ledakan bawah dan atas. Bahan ini tidak mudah nyala, dengan Tekanan uap-nya 0,213 hPa pada 20 °C. Kerapatan relative bahan ini ialah 1,71 g/cm3 pada suhu 20 °C dan 51,4 g/l pada suhu 20 °C merupakan nilai kelarutannya dalam air. Bahan ini juga tidak diklasifikasi-kan mudah meledak dan tidak mudah terbakar serta tidak memiliki sifat oksidator.
Dinatrium Tetraborat dekahidrat akan melepaskan Kristal jika dipanaskan, serta  berekasi hebat dengan Zat pengoksidasi kuat, Asam, dan Garam Metalik. Sehingga bahan ini harus dihindarkan dari pemanasan yang kuat.
Bahan ini juga memiliki toksisitas oral akut yang dibuktikan pada tikus dengan nilai LD5 0 Tikus, yaitu 2660 mg/kg (RTECS). Sedangkan pada Toksisitas Pernapasan akut, memiliki tanda-tanda, yaitu gejala iritasi pada saluran pernapasan. Pada kulit, bahan ini juga bersifat Toksisitas yang dibuktikan pada Kelinci dengan nilai LD50, yaitu lebih dari 2000 mg/kg (IUCLID), meskipun tidak mengiritasi kulit kelinci tersebut. Menyebabkan Iritasi ringan pada mata kelinci (IUCLID). Uji pada manusia juga dilakukan, yaitu dengan cara menempelkan bahan tersebut yang hasilnya Negatif (IUCLID). Selain pada manusia, bahan ini juga diuji Mutagenisitas Sel Induk Genoksisitas dalam tabung percobaan melalui Tes Ames dengan hasil Negatif (IUCLID). Bahan ini membahayakan janin dan dapat merusak kesuburan. Penyerapan melalui saluran cerna, selaput lendir dapat menimbulkan beberapa gejala (hanya terjadi pada senyawa Boron seccara umum), yaitu penyerapan diikuti mual, muntah, agitasi sesak napas, gangguan CNS dan Kardiovaskular, sehingga segera ditangani sesuai dengan praktik kebersihan dan keselamatan Indutri yang baik.
Dinatrium Tetraborat Dekahidrat dapat menyebabkan keracunan pada ikan dengan hasil uji pada LD50 Carassius auratus (Ikan emas), menghasilkan 630 mg/l dalam waktu 72 jam (IUCLID). Selain pada Ikan, derajat keracunan bahan ini berlaku juga pada Daphnia (EC50 Daphnia magna) dan hewan tak bertulang belakang (EC5 E. sulcatum) lainnya dengan hasil 1085 – 1402 mg/l selama 48 jam serta 1,3 mg/l dalam waktu 72 jam (senyawa anhidrat) (IUCLID). Keracunan juga terjadi pada ganggang, melalui uji terhadap IC50  Desmodesmus subspicatus (ganggang hijau) dengan hasil 158 mg/l selam 96 jam (senyawa anhidrat) (IUCLID). Serta meracuni juga Bakteri, melalui uji pada Pseudomonas putida dengan hasil 15,8 mg/l selama 16 jam (senyawa anhidrat (IUCLID). Selain efek racun dari bahan ini terhadap mahluk hidup, juga berlaku pada lingkungan, sehingga dihindari pelepasannya.
Untuk mencegah terbuangnya limbah kelingkungan, maka hasil sampingan bahan ini harus dibuang sesuai dengan petunjuk mengenai limbah 2008/98/EC serta peraturan nasioanal dan local lainnya. Tempatkan limbah pada tempat aslinya, dan jangan dicampurkan dengan limbah lainnya.

9.     Elsen (II) - sulfid
Elsen (II) – sulfide atau besi (II) sulfide memiliki rumus molekul FeS. Produk atau bahan ini sangat berbahaya jika tertelan, menyebabkan iritasi jika terkena mata, dan terhirup.
Pertolongan pertama pada kecelakaan dari bahan ini, yaitu jika terkena mata, segera mengecek dan melepaskan segala lensa kontak(bila menggunakan). Kemudian segera bilas dengan air (boleh menggunakan air dingin) selama 15 menit dengan membuka lebar kelopak mata. Jangan mengguanakan salep mata, segera hubungi Dokter. Meskipun tidak menimbulkan efek pada kulit, namun jika terkena, segera bilas dengan air selama beberapa menit. Petugas atau praktikan yang tidak sengaja menghirupnya, korban diizinkan untuk beristirahat diruangan bervenilasi baik dan segera hubungi Dokter. Jika bahan tertelan, jangan memaksakan memuntahkannya, namun segera melonggarkan pakaian ‘si korban’ seperti kerah, dasi, atau ikat pinggang. Jika ‘si korban’ tidak bernapas, maka diberi napas buatan, lalu segera hubungi dokter.
Besi (II) Sulfida merupakan bahan yang mudah terbakar pada suhu tinggi dan hasil pembakarannya menghasilkan beberapa logam Oksida. Jika terjadi kebakaran dalam skala kecil untuk memadamkannya menggunakan bubuk kimia kering. Namun, jika terjadi pada skala besar, maka memadamkannya menggunakan semprotan air, kabut, atau busa, jangan memadamkan dengan pancaran air.
Tumpahan dan kebocoran dapat terjadi dalam laboratorium ketika bekerja dengan bahan ini. Untuk menangani tumpahan dalam skala kecil, maka gunakan peralatan yang sesuai untuk menempatkan tumpahan padat kedalam tempat pembuangan limbah yang mudah. Terakhir, membersihkan dengan air pada permukaan yang terkontaminasi dan membuangnya sesuai dengan peraturan local. Namun jika tumpahan terjadi pada skala besar, maka gunakan sekop untuk menempatkan bahan kedalam tempat pembuangan limbah yang mudah. Kemudian membersihkannya dengan air pada permukaan yang terkontaminasi dan membuangnya melalui saluran pembuangan. Hati – hati bahwa bahan ini tidak menghasilkan level konsentrasi diatas Nilai ambang Batas (NAB).
Untuk menghindari terjadinya tumpahan dan kebocoran lagi, maka diperlukan tindakan pencegahan dengan cara menghindari dari pemanasan atau sumber api. Serta mengosongkan wadah penyimpanan dari adanya resiko terdapatnya api, (jika ada) hilangkan residunya didalam lemari asam. Jangan menghirup debunya. Hindari mata praktikan dari bahan tersebut dengan menggunakan pelindung mata yang sesuai. Jika praktikan berada dalam ruangan yang tidak cukup ventilasi, maka gunakan pelindung pernapasan. Bila merasa tdak nyaman, segera hubungi Dokter dan melihat label petunjuk ketika terjadi. Serta, menjaga bahan bahan dari bahan yang tidak mempermudah terbakarnya Besi (II) sulfide seperti agen pengoksidasi dan asam. Untuk penyimpanan, simpan bahan didalam wadah yang kering, dingin, dan tertutup rapat serta pada tempat yang berventilasi baik. Bahan yang mudah terbakar seharusnya ditempatkan jauh dari pemanas ekstra dan agen pengoksidasi kuat.
Untuk mencegah dari paparan bahan ini, maka praktikan harus mengetahui teknik pengendaliannya, yaitu menggunakan proses yang tertera pada lampiran ialah adanya ventilasi untuk membuang udara dalam ruangan. Atau teknik pengendalian lainnya dengan cara menjaga udara berada dibawah level batas paparan yang direkomendasikan. Jika praktikan menghasilkan debu, asap, atau kabut, maka gunakan ventilasi untuk menjaga paparan bahan tersebut mengkontaminasi udara yang berada dibawah batas paparan. Perlindungan diri juga dilakukan dengan cara mengguanakan Googgless dan Jas Laboratorium. Tapi, jika terjadi paparan dalam skala besar dari bahan ini maka praktikan harus menggunakan Googles yang menutupi wajah, sepatu boots, sarung tangan, dan disarankan untuk menggunakan pelindung pakaian yang tidak terlalu sempit. Sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada ahlinya, sebelum menangani bahan ini.
Besi (II) Sulfida memiliki wujud Kristal padat, dengan massa molekul 87,92 g/mol dan titik leleh 1194 °C. gaya berat bahan ini adalah 4,84 dan sangat sedikit larut dalam air dingin.
Besi (II) Sulfida merupakan produk yang stabil. Namun sangat reaktif terhadap Agen pengoksidasi dan asam. Tapi, bahan ini tidak mengkorosi dengan adanya kaca, meskipun tidak bisa ber-polimerisasi.
Senyawa ini juga memiliki sifat toksisitas. Dengan jalur masuknya (kemungkinan) bahan kedalam tubuh, yaitu mata, pernapasan, dan pencernaan. Bahaya toksisitas lainnya yang membahayakan manusia, yaitu sangat berbahaya pada ‘penelanan’ dan pernapasan. Kemungkinan bahaya dalam jangka waktu pendek tidak muncul pada produk degradasi dari bahan ini. Namun, dalam jangka waktu yang panjang, produk degradsi tersebut muncul.

10.  Elsen (III) – Chloride – Hexahydrate
Elsen (III) – Chloride – Hexahydrate atau Besi (III) – Klorida – Heksahidrat, biasa digunakan dalam produk Farmasi dan bahan baku Kosmetik. Menurut peraturan (EC) No. 1272/2008, bahan ini memiliki sifat Toksisitas akut kategori 4 pada oral atau mulut, dengan kode keselamatan H302 yang artinya berbahaya jika tertelan. Selain pada mulut, bahan ini dapat mengiritasi kulit, termasuk dalam kategori 2 dengan kode keselamatan H315 yang artinya menyebabkan gangguan pada kulit. Mata juga kemungkinan terkena efek dari bahan ini, termasuk dalam kategori 1 dengan kode keselamatan H318 yang artinya menyebabkan kerusakan mata berat. Berdasarkan klasifikasi dalam peraturan 67/548/EEC atau 1999/45/EC, terdapat symbol Xn yang berarti berbahaya dengan kode R22 yang berarti berbahaya jika tertelan. Serta symbol Xi yang berarti Iritasi dengan kode R38-41 yang berarti mengiritasi kulit – (dan) menimbulkan resiko cedera serius pada mata. Berikut gambar label pictogram bahaya bahan tersebut:
Dengan kata sinyal berbahaya. Serta pernyataan hati – hati, yaitu P280 yang artinya gunakan pakaian, sarung tangan pelindung, pelindung mata dan wajah; P302+P325 yang artinya jika terkena kulit, maka segera cuci dengan banyak sabun dan air; P305+P351+P358 yang artinya jika terkena mata, maka segera bilas secara hati – hati dengan air selama beberapa menit, lepaskan lensa kontak, jika digunakan dan mudah melakukannya, kemudian lanjutkan membilas; P313 yang artinya segera cari pertolongan medis. Pada label, tertera symbol S – Frasa dengan nomor 26-39 yang artinya jika terkena mata, segera bilas dengan air yang banyak dan segera dapatkan pertolongan medis, serta pakai pelindung mata dan wajah.
            Besi (III) – Klorida – Heksahidrat memiliki rumus molekul FeCl3.6H2O. bahan ini memiliki massa molar sebesar 270,33 g/mol.
            Kemungkinan terjadinya kecelakaan didalam Laboratorium sangat besar, sehingga praktikan atau petugas haruslah mengetahui tindakan pertolongannya. Bila praktikan menghirup bahan ini, maka segera keluar ruangan dan menghrup udara segar. Setelah kontak dengan kulit, segera cuci bagian tubuh yang terkena tersebut dengan air yang banyak dan melepaskan pakaian yang terkontaminasi. Jika terkena mata, segeralah bilas dengan air yang banyak dan segera hubungi Dokter. Bahan yang tertelan menimbulkan bahaya, untuk penyelamatan ‘si korban’, segera beri minum air putih (paling banyak 2 gelas) dan segera periksakan ke Dokter. Jika senyawa ini, maka akan menimbulkan gejala atau efek, yaitu efek Iritan, tidak enak perut, mual, muntah, gangguan Kardiovaskular, dan resiko cedera serius pada mata.
            Selain kecelakaan, hal yang memiliki kemungkinan atau kecendrungan terjadi ialah kebakaran. Pemadaman yang sesuai untuk memadamkan api, yaitu menggunakan tindakan pemadaman kebakaran yang sesuai untuk situasi local dan lingkungan sekeliling. Untuk bahan atau campuran dari senyawa ini, tidak ada batasan agen pemadaman yang diberikan untuk memadamkan kebakaran. Meskipun senyawa ini tidak mudah terbakar, tapi api ambient dapat melepaskan uap yang berbahaya dan kebakarannya dapat menyebabkan berevolusi atau menghasilkan gas Hidrogen klorida. Petugas yang bertugas memadamkan kebakaran, haruslah mengetahui tindakan yang seharusnya dilakukan, seperti tidak berada di zona berbahaya tanpa peralatan pelindung pernapasan dan untuk menghindari kontak dengan kulit, menjaga jarak aman serta menggunaka pakaian pelindung yang sesuai. Petugas yang memadamkan haruslah menekan kebawah gas/uap/kabut dengan semprotan air jet dan mencegah air bekas pemadaman, mengkontaminasi air permukaan dan system air tanah.
            Tumpah dan bocornya wadah penyimpanan bahan juga memiliki kemungkinan terjadi. Sebelum mengetahui cara membersihkan dan penyimpanan, praktikan atau petugaas haruslah memahami tindakan pencegahan pribadi. Nasihat untuk personel nondarurat, untuk menghindari kontak langsung dengan bahan; menghindari terjadinya pembentukan debu atau jangan menghirup debunya; memastikan ventilasi Laboratorium memadai; mengevakuasi diri dari daerah bahaya; mengamati prosedur darurat; dan segera hubungi ahlinya. Tindakan pencegahan kontaminasi pada lingkungan, maka tidak membuang bekas tumpahan kesaluran pembuangan. Tindakan pembersihan dan penyimpanan terhadap tumpahan atau kebocoran tersebut, yaitu menutup saluran pembuangan; kemudian, mengumpulkannya, mengikat, dan memompa keluar tumpahan tersebut; mengamati kemungkinan pembatasan bahan, yaitu disimpan dalam wadah tertutup sangat rapat, kering, dan suhu penyimpanan +15 °C hingga +25°C serta bahan ini bersifat logam atau baja lunak; mengambil tumpahan tersebut dalam keadaan kering; lalu meneruskan kepembuangan; terakhir membersihkan area bekas tumpahan tersebut dengan tidak menimbulkan debu.
            Senyawa(7705 – 08 – 0)  ini memiliki parameter pengendalian, yaitu ID OEL memiliki Nilai Ambang Batas sebesar 1 mg/m3, diekspresikan sebagai Fe (besi). Tindakan rekayasa untuk mengurangi paparan, yaitu langkah – langkah teknis dan operasi kerja yang sesuai harus di prioritaskan dalam pengunaan alat – alat pelindung diri. Selain langkah teknis dan operasi kerja, praktikan haruslah mengetahui tindakan perlindungn diri seperti, memilih pakaian pelindung secara spesifik untuk tempat kerja sesuai dengan konsentrasi dan jumlah bahan berbahaya yang ditangani, segera mengganti pakaia yang terkontaminasi, menggunakan krim pelindung kulit, mencuci tangan dan muka setelah bekerja dengan bahan tersebut, menggunakan googles yang sesuai, menggunakan sarung tangan yang berbaha karet Nitril dengan tebal 0,11 mm (sarung tangan yang digunakan harus mengikuti spesifikasi pada EC directive 89/686/EEC dan stendar gabungan d EN374), dan menggunakan alat pelindung pernapasan yang direkomendasikan, ialah Filter B – P2 (jika dihasilkan debu).
            Senyawa ini memiliki wujud padat berwaran coklat sawo dengan bau klor. Bahan ini memiliki titik lebur 37 °C, dan titik didih yang tidak berlaku. Senyawa ini tidak memiliki titik nyala serta tidak berlakunya batas ledakan bawah dan atas, sehingga tidak mudah terbakar. Kelarutan dalam air bahan ini adalah 920 g/l pada suhu 20 °C. Senyawa ini memiliki koefisien partisi (n – oktanol/air) yaitu Iog Pow sebesar -4 pada suhu 24°C, pedoman pengujiannya ialah OECD 107 (senyawa anhidrat), diperkirakan tidak ada potensi bioakumulasi.
            Meskipun tidak mudah terbakar, bahan ini berisiko meledak dengan Logam Basa dan Etilen oksida. Namun demikian, produk ini stabil secara kimiawi dibawah kondisi ruangan standar (suhu kamar). Tapi, produk ini harus dihindarkan dari pemanasan kuat dan paparan pada kelembaban.
            Senyawa ini memiliki Sifat Toksisitas pada mulut yang telah diuji pada Tikus dengan LD50 menghasilkan tingkat toksik sebesar 316 mg/kg (senyawa anhidrat) (RTECS) dan LDLO tikus sebesar 900 mg/kg (RTECS), dengan gejala Mual, muntah, dan tidak enak perut. Tingkat toksisitas pada pernapsan akut dengan tanda – tanda, yaitu iritasi mukosa. Senyawa ini juga menyebabkan iritasi atau gangguan pada kulit yang telah diuji pada kelinci (tidak tersedia data secara numeric) (senyawa anhidrat) (IUCLID). Selain pada kulit, bahan ini juga mengiritasi parah mata yang telah diujikan pada kelinci (tidak ada data numeric) (senyawa anhidrat) (IUCLID), sehingga dapat disimpulkan bahwa, senyawa ini mempunyai resiko cedera serius pada mata dan menyebabkan kerusakan berat pada mata. Melalui tes ames untuk membuktikan adanya genotoksisikas dalam tabung percobaan dengan hasil negative (senyawa anhidrat) (IUCLID). Bahan atau campuran dari senyawa ini tidakk diklasifikasikan sebagai toksikan dengan organ target khusus atau paparan tunggal/berulang. Setelah terjadi penyerapan dengan jumlah besar, akan menimbulkan gangguan Kardiovaskular, efek toksik pada hati dan ginjal.
            Tingkat toksisitas senyawa ini tidak hanya terjadi pada manusia, tapi juga mahluk hidup lainnya. Tingkat keracunan atau toksisitas pada LC50 Pimepales promelas sebesa 22 mg/l selam 96 jam (senyawa anhidrat), berdasarkan database ECOTOX. Derajat racun bagi Daphnia dan binatang tak bertulang belakang lainnya yang hidup dalam air, yaitu dengan EC50 Daphnia magna, sebesar 9,6 mg/l selam 48 jam (senyawa anhidrat), berdasrkan database ECOTOX. Produk ini bereaksi dengan air dengan menghasilkan asam hidroklorida, sehingga pelepasannya kelingkungan harus dihindarkan.
            Karena hal tersebut maka, limbah dari produk ini harus dibuang sesuai dengan petunjuk mengenai limbah 2008/98/EC serta peraturan nasional dan local lainnya. Menempatkan limbah pada tempat aslinya, dengan tidak mencampurkan dengan limbah lainnya.

Referensi:
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924058 ( diakses pada tanggal 2 September 2013, pukul 21.41)




























No comments:

Post a Comment