SAPONIFIKASI
Senin, 9 Desember 2013
I. Tujuan
a. Membuat sabun
secara sederhana
b. Mempelajari
sifat sifat sabun
II. Dasar
teori
a. Saponifikasi
Saponifikasi
pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yangberlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida denganalkali
yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabunmerupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian
karbon yang panjang.Reaksi dibawah ini
merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / trigliserida.
Selain dari reaksi
diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty Acid (FA), namun disini
hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol),karena saat proses
pembuatanFatty Acid ,glycerolsudah dipisahkan tersendiri
Selain dari minyak atau lemak dan NaOH pada pembuatan
sabundipergunakan bahan-bahan tambahan sebagai berikut:
a.
Cairan pengisi seperti tepung tapioka, gapleh dan lain-lain.
b.
Zat pewarna
c.
Parfum, agar baunya wangi.
d. Zat pemutih, misal natrium sulfat
b. Sabun
Sabun
merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan darireaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi
hidrolisis asam lemak oleh adanyabasa
lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol.Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus
asam karboksilat.seperti gambar dibawah adalah asam laurat.
Prinsip
utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan
air.Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak.
Untuk mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai
contoh. Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam
lemak jenuh yangada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat ,asam palmitat,
asamlaurat , danasam kaprat . Asam lemak tidak jenuh dalam minyak
goreng adalah asam oleat, asam linoleat , dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asamalkanoat atau
asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).
Seperti yang
kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, yaitu molekul
yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secarakovalen pada satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada
kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur273,15 K (0
°C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkanbanyak
zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya
zattersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul
dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Bahan baku pembuatan sabun, antara
lain:
a.
Minyak kelapa sawit mengandung asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan
asam myfistat
b.
Minyak Zaitun mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat
c. Minyak Kelapa mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.
IV. Alat dan Bahan
a.
Alat
· Tabung reaksi
· Rak tabung
· batang pengaduk
· Penanggas (hot plate)
· Termometer
· pipet tetes
· batang pengaduk
· Penanggas (hot plate)
· Termometer
· pipet tetes
b.
Bahan
· Aquadest
· Minyak kelapa
· NaOH 5%
· Ethanol
· larutan MgCl2 5%
· larutan FeCl2 5%
· larutan CaCl2 5%
· NaCl jenuh
· larutan CaCl2 5%
· NaCl jenuh
· Indikator Universal
V.
Cara kerja
a.
Pembuatan sabun
b.
Sifat sabun
VI. Analisis Data
VII. Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan, yaitu pembuatan
sabun. Reaksi pembentukkan sabun dari minyak dilakukan dengan mereaksikannya
suatu alkali (NaOH), Reaksi ini disebut dengan Reakisi Saponifikasi
(penyabunan). Pertama-tama disiapkan semua bahan yang diperlukan seperti minyak
kelapa sawit, NaOH 25%, etanol, FeCl3 5%, MgCl2 5%, Air kran.
Dimulai
dengan mencampurkan minyak goreng (minyak kelapa) ke dalam enlenmeyer 50 ml.kemudian
ditambahkan katalis NaoH 5% sebanyak 5ml dan etanol 5 5ml. Penambahan
Larutan NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa.
Basa yang digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang padat, tetapi jika
digunakan basa KOH maka yang diperoleh adalah sabun cair (lunak). Sedangkan
alkohol sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya
yang mudah larut dalam air dan lemak. Kemudian dipanaskan dengan suhu kurangh lebih 70 oC . pemanasan ini jangan terlalu panas
karena dengan suhu yang terlalu tinggi akan mengoksidasi minyak yang
menyebabkan warnanya menjadi cokelat, hal ini behubungan erat dengan bilangan
peroksida yaitu nilai untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak
yang disebabkan oleh auto oksidasi.
Berdasarkan pengujian sifat sabun ini
ini dilakukan tiga metode. Metode pertama adalah uji zat pengemulsi yaitu
dengan melarutkan sabun sekitar 0.5 gram dengan aquades 25 mL, larutan tersebut
dicampur dengan minyak kelapa sebanyak 5 tetes kemudian dikocok. Pengocokan ini
dilakukan agar menghasilkan emulsi. Kemudian didiamkan dan diamati pemisahan
lapisan yang terjadi dengan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan lapisan
tersebut. Ternyata 3 menit terjadi pemisahan lapisan antara lapisan air dan
lapisan minyak. Berarti sabun yang dibuat itu tidak mengalami emulsi secara sempurna.Sebagai pembanding dari pengujian emulsi sabun ini yaitu dengan cara
mencampur aquades 25 mL dengan 5 tetes minyak kelapa dengan tanpa pemberian
sabun pada larutan tersebut dan dikocok kuat- kuat agar bercampur homogen.
Setelah didiamkan dan diamati, tarnyata membutuhkan waktu 1 menit untuk
terjadinya pemisahan antara lapisan air dengan lapisan minyak.
Metode yang kedua adalah reaksi dengan
air sadah yaitu dengan mengencerkan 1/3 spatula sabun yang telah dibuat
ditambahkan 25 ml aquadest. Sabun yang telah dibuat ini dimasukkan -masing
sebanyak 2 tetes CaCl2; FeCl2 5%; MgCl 5%; air kran pada masing –masing tabung.hasil
yang didapat yaitu warna yang menjadi keruh. Hal ini dikarenakan sabun
biasanya membentuk garam dengan ion-ion kalsium, magnesium, atau besi dalam air
sadah (hard
water). Garam-garam tesebut tidak larut dalam air. Garam yang
tidak larut dalam air itu membuat warna coklat pada dinding kamar mandi, kerah
baju, atau warna kusam pada pakaian dan rambut. Masalah tersebut dipecahkan
dengan beberapa cara.
Misalnya dengan mengurangi ion-ion kalsium dan magnesium dan menggantinya
dengan ion-ion natrium, atau yang dikenal dengan air lunak. (soft water).
Selain itu bisa juga dengan menambahkan fosfat pada sabun, karena fosfat
membentuk komplek dengan ion-ion logam, larut dalam air, sehingga mencegah
ion-ion tersebut membentuk garam taklarut dengan sabun. Namun penggunaan fosfet
harus dibatasi, karena jika ikut mengalir dalam danau atau sungai fosfat yang
juga berfungsi sebagai pupuk akan merangsang tumbuhnya tanaman sedemikian besar
sehingga tanaman menghabiskan oksigen terlarut dalam air dan menyebabkan
ikan-ikan mati. Cara lain misalnya dengan mengganti gugus ionik karboksilat
pada sabun dengan gugus sulfat atau sulfonat. Cara inilah yang mendasari
terbentuknya detergen.
Metode ketiga yaitu uji kebasaan
(alkalinitas). Uji alkalinitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kebasaan
sabun yang telah dibuat yaitu bedasarkan nilai pH-nya. Didapat pH ketika diuji
dengan pH indikator universal yaitu sebesar 10. Hasil yang didapat cukup
besar,ini menunjukkan bahwa sabun tersebut bersifat basa yang dapat sifatnya dapat
menetralisir pada saat dicampur oleh keadaan asam.
VIII. Kesimpulan
a.
Sabun yang dihasilkan pada praktikum ini sebesar
b.
Sifat sabun pada uji zat pengemulsi yaitu menunjukkan adanyanya emulsi
karena terdapat
sedikit busa.
c. Sifat sabun pada
reaksi dengan air sadah yaitu menunjukkan bahwa sabun biasanya membentuk
garam
dengan ion-ion Mg2+, Fe2+, dan Ca2+
d.
pH sabun yang telah dibuat sebesar 10.
IX. Daftar Pustaka
Anwar, Chairil, dkk. 1966. Pengantar
Praktikum Kimia Organik. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi
Priyono, Agus.2009.Makalah Pembuatan
Sabun.Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik,Universitas Riau.
Satyawibawa,
Iman dan Yustina Erna Widyastuti. 1992.Kelapa
Sawit Dan Pengolahannya
Jakarta:Ganesha Exacta
www.academia.edu/2042797/PENYABUNAN Diakses pada hari Sabtu, 21
Desember 2013 pukul
15.45 WIB
No comments:
Post a Comment